Dengan Menyebut Nama Bapa Putra Dan Roh Kudus

Dengan Menyebut Nama Bapa Putra Dan Roh Kudus

“Dalam Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus”

oleh: P. Gregorius Kaha, SVD

Allah Tritunggal Mahakudus adalah sebuah tema besar dalam refleksi perjalanan iman kita. Misteri iman ini memang sulit dijelaskan, tetapi bukan tidak mungkin dipahami. Memang sudah ada banyak penjelasan yang coba disampaikan, tetapi harus diakui bahwa tidak ada satu penjelasan pun yang sempurna atau tepat untuk misteri ini, walau demikian isi tentang misteri ini dengan sangat terang dilukiskan dalam Kitab Suci.

Dalam pendekatan biblis ditemukan sekian banyak ungkapan atau kisah yang menunjukan adanya relasi Bapa, Putra dan Roh Kudus dalam karya keselamatan manusia. Dan relasi Trinitaris ini terungkap dalam kasih Allah yang kita alami dari waktu ke waktu.

Tanda yang Sering Digunakan

Tanda Salib adalah bagian tak terpisahkan dari hidup seorang Katolik. Coba bayangkan, hal pertama yang dilakukan dan yang diajarkan orangtua kepada anak-anaknya tentang iman adalah Tanda Salib dengan rumusan: “Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.” Setiap kali orang datang ke gereja, merayakan Ekaristi, beribadah atau berdoa, orang membuat Tanda Salib di keningnya bahkan pada saat kematian seseorang pun, imam masih membubuhkan Tanda Salib di atas jenazah seorang Katolik. Maka tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa hidup seorang Katolik dari lahir sampai mati selalu ditandai dengan “Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus”.

Kitab Suci sendiri tidak berbicara secara eksplisit tentang Tritunggal Mahakudus, tetapi banyak kisah dalam Kitab Suci menunjukkan dengan sangat jelas relasi antara Bapa, Putra dan Roh Kudus. Ambil kisah yang ditulis penginjil Yohanes minggu ini (Yohanes 16:12-15).  Yohanes mengungkapkan misteri agung ini dengan melukiskan peran Bapa, Putra dan Roh Kudus dalam karya penciptaan dan keselamatan manusia. Bapa adalah asal ciptaan, manusia melihat gambaran nyata Bapa melalui kehadiran Yesus Kristus, yang adalah PutraNya atau Kebijaksanaan Bapa dan Roh yang berasal dari kedua-Nya akan menghantar kita kepada seluruh kebenaran. Persatuan yang sedemikian erat dan mesra itu digambarkan dengan ungkapan “Satu Allah Tiga Pribadi”.

Maknai Hidupmu dengan Kehadiran Tritunggal Mahakudus

Sebagai seorang percaya, kita dipanggil dan diutus untuk mewatakan Kabar Gembira. Tugas perutusan ini merupakan kerjasama antara rencana dan kehendak Allah dengan kerja serta kehendak bebas manusia. Panggilan perutusan itu tidak punya arti apa-apa kalau manusia tidak menanggapi atau menjawabnya, maka di Hari Raya Tritunggal Mahakudus ini sebaiknya:

Pertama, kita menyadari bahwa Allah senantiasa bersama kita apa pun pengalaman hidup kita. Maka Tanda Salib adalah ungkapan berkat. Dengan menandai dahi kita dengan salib, kita diingatkan pada berkat Allah yang melimpah dalam hidup kita.

Kedua, semua ciptaan berasal dari Allah karena itu menghormati dan menghargai ciptaan adalah bagian tak terpisahkan dari tanggung-jawab kita pada Pencipta. Keharmonisan hidup dengan sesama dan ciptaan lain adalah unsur sangat penting dewasa ini supaya kita bisa menghadapi segala bentuk eksploitasi dan penggerusakan baik moral maupun lingkungan hidup di sekitar kita.

Ketiga, dengan Tanda Salib kita diajak untuk selalu atau terus-menerus memuji dan memuliakan Allah Tritunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Dengan nama itulah kita hidup dan dibimbing hari demi hari dalam menghadapi pergumulan hidup di zaman ini sebagai seorang pengikut Kristus. Tuhan memberkati kita. Amin.

Halo KUKTEKERS, edisi kedua sepik kali ini membahas arti dari Tritunggal Mahakudus yang merupakan hari raya yang kita rayakan sebagai orang Katholik hari ke-72 setelah Pentakosta.

Tritunggal memiliki arti Tiga Pribadi di dalam Satu Allah, atau di dalam satu esensi diri Allah memiliki Tiga Pribadi yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dalam sejarahnya, Alkitab tidak pernah memuat kata-kata “Tritunggal” di dalamnya. Pada tahun 325, Raja Constantine mengundang pemimpin-pemimpin gereja berkumpul dalam sebuah Konsili (pertemuan) gereja di Nicea dan muncul dua tokoh gereja yaitu Uskup Alexander dari Alexandria (Mesir) dan Penatua Arius dari gereja yang sama di Alexandria. Uskup Alexander mengatakan bahwa Kristus adalah "tidak" yang sama (homoousios) dengan Allah Bapa, jadi Yesus itu juga adalah Allah Bapa. Namun, Arius mengatakan bahwa itu adalah satu-satunya Allah, yang adalah satu-satunya Allah, sedang menciptakan materi dunia yang sempurna, yang menciptakan moral yang Dia dapat “diadopsi” oleh Allah sebagai anak. Dikatakan bahwa Kristus itu homoiousios ("tidak sama persis" -Nya mirip) dengan Bapa, tapi tetap lebih rendah dari Bapa.

Ekspresi kedua tokoh ini meluas di kalangan gereja-gereja Kristen hingga raja Constantine diadakan Konsili itu untuk menyatukan kembali pandangan seluruh gereja. Dalam Konsili itu Pembela ajaran uskup Alexandra adalah diakon Athanasius. Menampilkan Athanasius sebagai ajaran yang sah dan Arius dan pengikut-pengikutnya (kaum Arianus) sebagai bidat dan menolak dari gereja. Kemudian Kristen diakui sebagai agama yang sah di kerajaan Romawi, maka doktrin Tritunggal Athanasius ikut disahkan sebagai pengajaran gereja yang sah.

Doktrin Trinitas atau Allah Tritunggal Maha Kudus adalah tulisan bahwa Tuhan adalah SATU, namun terdiri dari TIGA pribadi: 1) Allah Bapa (Pribadi pertama), 2) Allah Putera (Pribadi kedua), dan Allah Roh Kudus (Pribadi ketiga). Konsep ini dibilang TIDAK MASUK AKAL, namun bukan berarti bahwa Allah Tritunggal adalah konsep yang sama sekali tidak masuk akal. Salah satu analogi untuk menjelaskan konsep Tritunggal adalah matahari: yang terdiri dari matahari itu sendiri, sinar, dan panas. Atau dengan sebuah segitiga, di mana Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus Hitung masing-masing sudut, namun tetap dalam satu segitiga. Ada yang menjelaskan, bahwa Trinitas adalah seperti kopi, susu, dan gula, yang akhirnya menjadi susu kopi yang manis.

"Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya adalah benda-benda dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu yang telah digunakan dan yang karena Dia kita hidup. ”-1 Kor 8: 6. Satu Allah tersebut adalah "susu kopi yang manis" sesuai dengan analogi Tritunggal.

Sumber: http://www.tanyaalkitab.com/2013/01/penjelasan-singkat-tritunggal.html https://yangmulia.wordpress.com/wacana/asal-usul-ajaran-tritunggal/ http://www.katolisitas.org/trinitas-satu-tuhan-dalam-tiga-pribadi/

Semua datang dari tahta-Mu

Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus

Hanya CKau, Tuhan F/CYesuCs Yang b’riAm7ku kedD/F#amaiaGn Hanya CKau, ya Roh F/CKuduCs Yang b’riAm7ku pengD/F#hiburaGn

FMaj7Bapa, seG/Fgala yang baiEm7k Am7 Dm7Semua datang dGari tahta-MGm7u C/E AlFMaj7lah BaG/Fpa, Putra, dan Em7Roh KudAmus Ku Dm7mengasGihi-MCu

[Intro] [...] [Verse] [...] [Chorus] 2X [...] [Free Worship]